Interaksi Antara Risk Threshold, Risk Appetite, dan Risk Tolerance dengan Risk Attitude dalam Bisnis

3 Faktor yang Mempengaruhi Risk Tolerance


Dalam lanskap bisnis yang selalu berkembang, risiko adalah faktor yang selalu ada dan dapat mendorong perusahaan menuju puncak kesuksesan atau mengarahkannya ke jalan yang berbahaya. Didalam manajemen risiko untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan risk attitude berperan sangat penting dalam prosesnya. Risk attitude dapat ditentukan dengan 3 faktor yang mempengaruhinya seperti risk threshold, risk appetite, dan risk tolerance yang saling berhubungan.  Memahami hubungan rumit antara risk threshold, risk appetite, dan risk tolerance dengan risk tolerance sangat penting bagi bisnis yang ingin berkembang dalam lingkungan yang kompetitif saat ini. Dalam artikel akan menjelaskan bagaimana mereka memengaruhi pengambilan keputusan, perencanaan strategis, dan keseluruhan kesuksesan suatu bisnis.

3 faktor yang mempengaruhi risk attitude

Apa itu Risiko dalam Konteks Bisnis?

Sebelum kami menjelajahi hubungan antara risk threshold, risk appetite, risk tolerance, dan risk attitude, mari kita memahami bersama konsep risiko dalam konteks bisnis. Dalam bisnis, risiko merujuk pada potensi kerugian finansial, hasil yang merugikan, atau peristiwa yang tidak menguntungkan yang dapat memengaruhi tujuan, strategi, dan kinerja organisasi.


Mendefinisikan Risk Threshold

Risk Threshold atau ambang batas risiko adalah konsep penting dalam menilai tingkat risiko yang bersedia diterima oleh suatu bisnis. Ini mewakili titik di mana suatu organisasi menganggap potensi kerugian atau hasil yang merugikan terlalu tinggi, sehingga menjadi enggan untuk melanjutkan tindakan tertentu. Ambang risiko dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kekuatan keuangan perusahaan, norma industri, dan persyaratan regulasi.


Memahami Risk Appetite

Risk Appetite atau selera risiko, di sisi lain, merujuk pada sejauh mana bisnis bersedia mengambil risiko dalam rangka mencapai tujuan dan strateginya. Ini mencerminkan kemauan organisasi untuk mengadopsi risiko sebagai cara untuk mencapai pertumbuhan, inovasi, dan keunggulan kompetitif. Selera risiko yang tinggi menunjukkan kesiapan untuk mengambil risiko besar, sementara selera risiko yang rendah mengimplikasikan pendekatan yang lebih berhati-hati.


Nuansa Risk Tolerance

Selanjutnya, mari kita mengeksplorasi konsep toleransi risiko, yang memainkan peran signifikan dalam membentuk pendekatan suatu perusahaan terhadap manajemen risiko. Toleransi risiko adalah tingkat risiko yang dapat ditanggung oleh suatu organisasi tanpa mengorbankan stabilitas keuangan atau tujuan strategisnya. Ini adalah pengukuran praktis yang membantu perusahaan menemukan keseimbangan antara mengambil risiko dan mitigasi risiko.


 Menilai Risk Attitude

Untuk melengkapi pemahaman tentang konsep-konsep yang saling terkait ini, kita perlu menjelajahi sikap risiko. Sikap risiko adalah kecenderungan individu atau organisasi terhadap risiko. Ini mencakup faktor psikologis dan emosional yang memengaruhi pengambil keputusan ketika menilai dan merespons risiko. Memahami sikap risiko penting karena dapat membentuk risk threshold, risk appetite, dan risk tolerance suatu bisnis.


Tarian Rumit Antara Risk Threshold, Risk Appetite, dan Risk Tolerance

Hubungan antara konsep-konsep ini dapat diibaratkan sebagai tarian yang lembut dalam dunia bisnis. Berikut adalah bagaimana mereka berinteraksi:


1. Risk Threshold Menetapkan Batasan: Ambang risiko berfungsi sebagai batas di mana suatu bisnis tidak bersedia melangkah. Ini menetapkan batasan risiko yang dapat diterima, dan setiap tindakan atau keputusan yang melampaui ambang ini dianggap terlalu berisiko bagi organisasi.


2. Risk Appetite Mendefinisikan Ambisi: Di sisi lain, selera risiko suatu perusahaan mendefinisikan ambisinya dan dorongannya. Selera risiko yang tinggi menunjukkan kesiapan untuk mengambil risiko yang signifikan untuk mencapai tujuan yang ambisius, sementara selera risiko yang rendah mengimplikasikan pendekatan yang lebih hati-hati dan konservatif.


Peran Risk Attitude

Sikap risiko adalah faktor tak terlihat yang memengaruhi seluruh proses ini. Ini dapat mempengaruhi risk threshold, risk appetite, dan risk tolerance suatu organisasi. Misalnya:


  • Sebuah perusahaan dengan sikap risiko yang cenderung menghindari risiko cenderung memiliki selera risiko yang rendah dan ambang risiko yang lebih konservatif. Mereka akan memprioritaskan stabilitas dan keamanan daripada potensi keuntungan.


  • Sebaliknya, sikap risiko yang cenderung mencari risiko dapat mengarah pada risk appetite yang tinggi dan kesiapan untuk menjelajahi peluang yang mungkin dihindari oleh yang lain. Perusahaan ini lebih cenderung mendorong batas ambang risiko mereka.


  • Sikap risiko yang seimbang bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara risiko dan imbalan. Perusahaan-perusahaan ini dengan cermat menilai manfaat dan kerugian potensial dari setiap keputusan, dan mengatur toleransi risiko mereka sesuai dengan itu.


Mencapai Keseimbangan yang Tepat

Dalam usaha mencapai kesuksesan, bisnis harus menemukan keseimbangan yang tepat antara risk threshold, risk appetite, dan risk tolerance, semuanya sambil mempertimbangkan sikap risiko mereka yang mendasar. Mencapai keseimbangan ini bukanlah tugas

Menentukan sikap pada risiko untuk mengambil keputusan dalam manajemen risiko untuk keseimbangan bisnis. Untuk mempermudah para stakeholder, dapat menggunakan sistem informasi manajemen risiko dalam meningkatkan 3 faktor utama yang mendukung risk tolerance dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya teknologi informasi pengelolaan risiko dapat dikendalikan karena setiap adanya risiko dapat segera ditindak lanjuti sesuai dengan besar/kecilnya dampak yang dihasilkan.

Apakah sikap pada risiko di perusahaan mu sudah efisien?, informasi lebih lanjut tentang aplikasi manajemen risiko klik disini.

Komentar