Risk-Based Thinking Membantu Mempertimbangkan Risiko dan Peluang

Risk-Based Thinking

Di era perkembangan bisnis yang semakin komplek, kita membutuhkan manajemen risiko yang lebih proaktif. Terutama dalam kepuasan pelanngan dan kualitas produk atau layanan. Sehingga memerlukan ketelitian dalam setiap proses manajemen risiko, hal ini dapat diatasi dengan pendekatan Risk-Based Thinking. Risk-based thinking merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko serta peluang dalam suatu organisasi atau proses bisnis. 

Pendekatan ini diintegrasikan melalui ISO 9001:2015, bertujuan untuk membantu organisasi meningkatkan kualitas produk atau layanan mereka dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu yang kuat. Dengan standar ini, organisasi dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, mengelola risiko operasional, dan mencapai perbaikan berkelanjutan. ISO 9001:2015 mengharuskan perusahaan memahami organisasi mereka dan konteksnya baik secara eksternal maupun internal. Harus ada hubungan yang jelas dengan strategi dan kebijakan perusahaan, dalam hal bagaimana organisasinya dikelola dan disusun (Dickinson, 2001)1.

Pemikiran Risiko
Risk-Based Thinking

Pengertian Risk-Based Thinking

Risk-based thinking adalah cara berpikir yang menekankan pentingnya mempertimbangkan risiko dalam semua aspek pengambilan keputusan. Selain melakukan pencegahan untuk meminimalisir efek negatif dari risiko, risk-based thinking juga memanfaatkan peluang yang muncul dengan maksimal. Dalam standar internasional ini, risiko dan peluang sering dikutip bersama. Peluang tidak boleh dianggap sebagai sisi positif dari risiko. 
Peluang adalah serangkaian keadaan yang ada, yang memungkinkan untuk melakukan sesuatu1. Risiko adalah dampak dari ketidakpastian dan ketidakpastian tersebut dapat berdampak positif atau negatif. Peluang dapat muncul sebagai akibat dari situasi yang menguntungkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tindakan untuk mengatasi peluang juga dapat mencakup pertimbangan risiko terkait. Ada dua konsep tentang risiko dan peluang2. Cara kerja risk-based thinking melibatkan beberapa elemen kunci yang dirancang untuk memastikan bahwa risiko dan peluang dikelola secara efektif di seluruh proses bisnis. 

Identifikasi Risiko dan Peluang 

Risk-based thinking membantu mengindentifikasi semua potensi risiko yang relevan dan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi atau kualitas produk/layanan, serta peluang yang bisa memberikan keuntungan atau nilai tambah. Risiko dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk ketidakpastian pasar, gangguan teknologi, perubahan regulasi, atau kegagalan operasional. 

Analisis Risiko

Setelah risiko diidentifikasi, risiko tersebut dianalisis untuk menentukan tingkat keparahan (impact) dan kemungkinan terjadinya (likelihood). Analisis ini membantu organisasi memprioritaskan risiko mana yang perlu dikelola. Analisis risiko dapat menggunakan teknik seperti matriks risiko, Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), atau analisis kuantitatif dan kualitatif. 

Evaluasi Risiko

Berdasarkan hasil analisis, organisasi kemudian merencanakan tindakan untuk mengelola risiko. Hal ini untuk menentukan toleransi risiko organisasi dan memutuskan risiko tersebut dapat diterima atau perlu diambil tindakan lebih lanjut. 

Pengelolaan Risiko

Setelah dilakukan evaluasi, organisasi merencanakan tindakan untuk mengembangkan strategi untuk mengelola risiko. Hal ini dapat mencakup penghindaran risiko, pengurangan risiko, pembagian risiko, atau penerimaan risiko. Pengelolaan risiko juga mencakup penerapan tindakan untuk menangani risiko yang telah diidentifikasi dan dianalisis.

Pemantauan dan Review

Pada proses ini, bertujuan untuk memastikan bahwa tindakan yang diambil efektif dalam mengelola risiko dan mengevaluasi apakah ada perubahan perubahan dalam risiko atau peluang yang diidentifikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan audit, tinjauan manajemen, atau pemantauan kinerja secara berkala. Melalui pemantauan dan review, dilakukan pengecekan pada hasil yang ditemukan jika risiko telah berubah atau tindakan yang diambil tidak efektif, organisasi melakukan penyesuaian strategi untuk mengelola risiko.

Dokumentasi dan Komunikasi

Jangan lupa untuk mencatat secara jelas dan detail proses identifikasi, analisis, dan pegelolaan risiko serta memastikan bahwa informasi mengenai risiko tersedia bagi semua pihak yang berkepentingan. Simpan catatan dan buat karyawan dan pihak lain yang relevan dapat mengakses terkait risiko dan tindakan yang diambil, serta pastikan seluruh stakeholder diberi informasi risiko yang teridentifikasi dan cara mengelolanya. Informasi mengenai risiko yang telah diidentifikasi dan dikelola harus disebarluaskan dengan baik agar semua orang dalam organisasi memahami risiko yang dihadapi dan mengetahui peran mereka dalam mengelola risiko tersebut. 

Peningkatan Berkelanjutan

Anda dapat meningkatkan pendekatan risk-based thinking dengan belajar dari pengalaman dan umpan balik. Hal ini dilakukan setelah risiko diidentifikasi dan dikelola, organisasi harus terus-menerus mencari cara untuk meningkatkan proses manajemen risiko. Peningkatan pendekatan ini, dapat dilakukan dengan mempelajari insiden, melakukan audit secara berkala, dan menggunakan umpan balik untuk memperbarui strategi risiko.

Elemen-elemen kunci memberikan kerangka kerja yang sistematis dalam mengelola risiko dan peluang di seluruh proses operasional dan pengambilan keputusan organisasi. Elemen kunci memastikan bahwa organisasi tanggap, proaktif, dan dapat mengelola ketidakpastian dengan lebih baik.

Aspek Pendukung Risk-Based Thinking

Risk-based thinking memiliki 4 prinsip untuk aspek manajemen dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Berikut 4 prinsip yang mendukung penerapan risk-based thinking :

1. Risk-Based Planning

Prinsip ini merupakan penerapan risk-based thinking dalam proses perencananaan. Pada prinsip ini, risiko diidentifikasi, dianalisis, dan dipertimbangkan dalam pembuatan rencana strategis, operasional, atau proyek. Risk-Based Planning memastikan bahwa rencana yang dibuat sudah siap menghadapi ketidakpastian dan memiliki langkah-langkah mitigasi yang sesuai.

2. Risk-Based Budgeting

Melalui risk-based budgeting, prinsip risk-based thinking diterapkan untuk mengelola anggaran dengan mempertimbangkan risiko keuangan. Anggaran disusun dengan memperhitungkan potensi risiko yang dapat mempengaruhi pendanaan atau pengeluaran. Hal ini dapat mencakup alokasi dana cadangan untuk menghadapi kejadian tidak terduga, atau penyesuaian anggaran berdasarkan analisis risiko keuangan.

3. Risk-Based Controlling

Pada prinsip ini, penerapan risk-based thinking dalam pengendalian dan pengawasan operasi. Hal ini melibatkan pemantauan terus-menerus terhadap risiko yang mungkin terjadi selama implementasi rencana atau operasi, serta melakukan penyesuaian dan koreksi jika risiko teridentifikasi. Pengendalian berbasis risiko membantu memastikan bahwa organisasi tetap berada pada jalur yang benar meskipun terjadi ketidakpastian.

4. Risk-Based Decision Making

Prinsip ini adalah proses pengambilan keputusan yang secara eksplisit mempertimbangkan risiko. Setiap keputusan dibuat dengan menganalisis potensi risiko dan dampaknya, sehingga keputusan yang diambil lebih informatif dan siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan hasil.

Risk-Based Planning, Budgeting, Controlling, dan Decision Making adalah implementasi spesifik dari Risk-Based Thinking di berbagai area fungsional. Mereka memastikan bahwa risiko menjadi faktor integral dalam setiap langkah yang diambil oleh organisasi.


Manfaat Risk-Based Thinking

Dengan mempertimbangkan risiko dalam setiap keputusan, organisasi dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan terinformasi. Sehingga hal ini dapat mengurangi ketidakpastian pada bisnis dan meningkatkan keberlanjutan keputusan. Selain itu, pengelolaan risiko dengan baik dapat mengurangi kemungkinan terjadinya insiden yang mahal dan gangguan operasional. Dengan organisasi yang proaktif dalam mengelola risiko seringkali lebih fleksibel dan dapat merespons perubahan pasar dengan lebih cepat.

Pentingnya Risk-Based Thinking Bagi Organisasi

Risk-based thinking membantu organisasi dalam mengidentifikasi risiko sejak dini, sehingga risiko dapat dicegah sebelum menjadi masalah. Pendekatan ini juga mendorong organisasi untuk secara aktif mencari dan menangani potensi risiko dan peluang, bukan hanya bereaksi ketika masalah terjadi. Selain itu, risk-based thinking juga membantu organisasi dalam menjaga keberlangsungan bisnis dengan mematuhi peraturan standar yang berlalu.


Kesimpulan

Risk-Based Thinking (RBT) adalah bahwa pendekatan ini mendorong organisasi untuk secara proaktif mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko serta peluang yang dapat mempengaruhi proses bisnis dan tujuan mereka. Dengan mempertimbangkan risiko di setiap keputusan, organisasi dapat mencegah masalah, meningkatkan efisiensi, dan membuat keputusan yang lebih tepat. RBT juga meningkatkan kesadaran tentang potensi ketidakpastian dan mendukung penerapan tindakan yang lebih terinformasi. Dalam standar seperti ISO 9001:2015, RBT diintegrasikan untuk memastikan keberlanjutan kualitas dan kepatuhan terhadap standar internasional.

Komentar